Selasa, 04 Juni 2013

Egoisme dalam Kebenaran

`
Egoisme merupakan salah satu penyakit hati yang sulit untuk dirasakan oleh pelakunya.
Secara sederhana dapat didefinisikan, egois itu merupakan sebuah perasaan yang cenderung selalu membenarkan kebenaran dari sudut pandangnya sendiri.
_
Orang yang mempertahankan kebenaran kok dianggap egois?
_
Kenapa banyak sekali jemaah jemaah bermunculan di Indonesia ini dan kemudian mereka berdebat saling menyalahkan saudaranya sendiri?
...tidak jarang dari mereka yang kemudian saling mencaci, bahkan kemudian menyalahkan imam lawan mereka dan menggali penafsiran masing masing.
...Hingga mereka mengajukan Hadits untuk memenangkan pendapat mereka..
_
Padahal sudah diterangkan sejelas-jelasnya dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan Aisyah.r.a bahwa orang yang berusaha mencari cari alasan untuk membenarkan pendapat atau sebuah kebenaran yang dia pahami sangat DIBENCI ALLAH.
_
Dari Aisyah.r.a. bahwa Rasulullah.SAW bersabda: “Orang yang paling dibenci Allah ialah pembantah yang mencari-cari alasan untuk memenangkan pendapatnya.”
[HR.Muslim, diambil dari terjemah bulughul maram bab adab dan kesopanan]
_
Dari sini bisa dipahami, bahwa segala bentuk egoisme itu tidak bermanfaat,. bahkan ketika kita egois dalam sebuah kebenaran yang kita yakini.
_
Ini karena kebenaran yang kita pahami itu adalah apa yang kita dengar, atau baca dari sebuah sumber yang ditulis seorang penulis, yang notabene juga dipengaruhi pengalaman hidup dari berbagai guru atau syaikh mereka dijamannya.
_
_
Tidak ahsan, ketika seorang alim egois..
_
Orang bodoh yang egois sebenarnya tidak terlalu berbahaya, karena keegoisannya hanya akan merugikan dirinya sendiri dan tidak membahayakan atau mencelakakan orang banyak.
_
Tapi ketika orang besar/kaya egois (merasa benar sendiri), dan mencela pendapat saudaranya yang seiman (apalagi hingga tahap mengkafirkan) maka akan sangat berbahaya.
_
_

Jika orang bodoh berteriak mengkafirkan temannya, mungkin yang terjadi hanya dua orang yang akan berdebat saling mengkafirkan.
_
Sedangkan jika seorang Alim atau peminpin sebuah jamaah, misalnya, berdiri di hadapan seribu jemaah… kemudian mengkafirkan sebuah golongan yang didalamnya terdapat orang orang beriman, dapat dibayangkan disana akan terjadi sebuah mimpi buruk.
..... Seribu jemaah tadi akan berdiri dan mulai mengkafirkan yang lainnya, mengkafirkan golongan yang tidak sepaham.
_
_
_
Sudah dibahas dalam berbagai wacana, bahwa kita harus sangat hati-hati dalam mengkafirkan manusia beriman yang di dadanya bergetar tauhid lailaahaillallah.
_
Berhati hatilah, karena ketika kita megkafirkan seseorang, kemudian ternyata di hadapan penilaian Allah yang tidak kita ketahui, bahwa orang tersebut tidak kafir, status kafir itu kembali kepada orang yang mengkafirkan.
_
_
Dari Ibnu ‘Umar.r.a., katanya Rasulullah.SAW. bersabda: “Siapa yang berkata kepada saudaranya (sesama muslim), “Hai Kafir!”, maka ucapan itu kembali kepada salah satu diantara keduanya.
_.. Jika apa yang diucapkannya itu benar, maka ucapan itu tertuju kepada orang yang dipanggil. Jika tidak, maka ucapan itu tertuju kepada yang mengucapkan.”.
[Terjemahan Hadits Shahih Muslim; Jilid I; Halaman33; Hadits No.49]
_
_
Dari Abu Zar.r.a., Ia mendengar Nabi.S.A.W. bersabda:
“Seorang laki-laki yang menuduh laki-laki lain itu jahat atau menuduhnya kafir, maka tuduhannya itu berbalik kepada dirinya, seandainya orang yang dituduhnya itu tidak seperti itu.”
[Terjemahan Hadits Shahih Bukhari; Jilid IV; Halaman 53; Hadits No.1709]
_

_
Mari kita lembutkan hati..
_
Jangan merasa benar sendiri. Jangan tebarkan kebencian, karena kebenaran yang Haq itu hanya milik Allah.
_
Mari kita saling menghargai, kebenaran versi lain yang dipahami saudara mukmin yang seiman.
Agar kita selalu didalam Ridha’ Allah Ta’ala.
_
Wallahu’alam.
_
“Salah satu di antara kalian tidaklah beriman, sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai diri sendiri.”
[Shahih Muslim No.64, dari riwayat Anas bin Malik.r.a]
_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar